gibranrakabuming.com – 29 Agustus 2025
Sejak bergulirnya demonstrasi besar di Jakarta pada 25 dan 28 Agustus 2025, dan diiringi tragedi tewasnya seorang pengemudi ojek online (ojol) akibat terlindas rantis Brimob, publik kembali menyoroti cara merespons dari berbagai pemimpin, termasuk Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Berikut adalah analisis gaya dan karakter kepemimpinannya—dengan merujuk fakta-fakta terkini dari berita terpercaya—yang netral, kritis, dan tetap konsisten dengan nada non-polarisatif.
Demonstrasi dan Tragedi di Jakarta
Demonstrasi besar terjadi di Jakarta pada 25 Agustus, melibatkan mahasiswa, buruh, dan berbagai kelompok masyarakat, menuntut reformasi ekonomi dan penolakan terhadap kebijakan seperti kenaikan pajak PBB dan tunjangan legislator yang dianggap berlebihan. Pada 28 Agustus, unjuk rasa semakin memanas. Seorang driver ojol bernama Affan Kurniawan, berusia 21 tahun, tewas terlindas kendaraan taktis Brimob saat kericuhan di kawasan Bendungan Hilir–Pejompongan. Peristiwa itu memicu kemarahan luas, pembukaan penyelidikan terhadap anggota Brimob yang terlibat, dan menumbuhkan solidaritas nasional yang mendalam.
Kunjungan Gibran ke Deli Serdang & Pesan Persatuan
Di tengah situasi politik yang memanas, Gibran melakukan kunjungan kerja ke Deli Serdang, Sumatera Utara, pada 28 Agustus 2025. Dia meresmikan Musyawarah Pelayanan (Mupel) Mamre GBKP dan menekankan pentingnya sinergi antar elemen bangsa serta peran aktif komunitas agama dalam menjaga persatuan dan keutuhan Indonesia. Dalam kesempatan tersebut, Gibran juga menyentuh bidang pendidikan: memperbaiki dasi siswa dan memastikan program "Sekolah Rakyat" berjalan optimal, termasuk rencana pendistribusian laptop pada September.
Analisis Gaya Kepemimpinan Gibran
Simbol Persatuan dalam Krisis
Gibran memilih mengedepankan pesan persatuan dan ketenangan, terutama di tengah ketegangan nasional. Alih-alih memberikan komentar langsung soal tragedi demo, ia berbicara melalui forum keagamaan dan pendidikan—memberikan kesan diplomatis dan menyeluruh.
Pendekatan Simbolik dan Positif
Memperbaiki dasi siswa dan menyampaikan agenda pendidikan menandakan pendekatan yang menghangatkan situasi, bukan memperuncing. Ini merupakan gaya komunikatif yang membaur, bukan memisahkan.
Pengaruh Gaya Jokowi
Pendekatan Gibran menunjukkan kesinambungan dengan gaya kepemimpinan Presiden Jokowi—lebih memilih dialog, akomodasi, dan retorika penenang dalam menanggapi situasi krusial, ketimbang konfrontasi langsung atau penguatan retorika politik. Gaya ini mencerminkan warisan kepemimpinan yang relatif inklusif dan terfokus pada stabilitas sosial.
Potensi Tantangan ke Depan
Meskipun gaya simbolik menenangkan, publik juga menanti aksi nyata—pernyataan persatuan perlu diikuti dengan langkah-langkah konkret, seperti kebijakan responsif terhadap aparat dan prosedur transparan terkait insiden Affan Kurniawan.
Gibran Rakabuming memperlihatkan gaya kepemimpinan yang dominan simbolis dan bersifat persuasif dalam menghadapi krisis. Ia memfokuskan pesan kemanusiaan dan persatuan, daripada memberi tanggapan langsung terhadap tragedi politik yang sedang berlangsung. Meski gaya ini menjaga stabilitas, efektivitasnya ke depan sangat bergantung pada tindak lanjut real dari pemerintah yang bisa memperkuat kepercayaan publik dan meredam potensi konflik.